Ekspetasi Cita-cita dan Realita

Sebagai seorang anak yang terlahir di keluarga mampu namun mendadak kere karena Pilkades, tentu saja saya punya banyak perbedaan tujuan hidup ketika kecil dan dewasa. Masa SD saya adalah anak yang bisa dibilang pandai, terbukti saya cukup maju dalam ilmu agama ( namun gagal mempraktekan dalam kehidupan ) serta mampu menjadi 10 besar siswa teladan se-Kabupaten Klaten tingkat SD.

Demi semakin mengasah kemampuan akademik saya, kedua orang tua saya berencana memasukkan saya ke sebuah Pondok Pesantren Modern Islam di daerah Pabelan, Sukoharjo. Namun saya menolak dan lebih memilih masuk ke SMP N 1 Karanganom. Alasannya? Saya ingin memperdalam ilmu saya di bidang IPA, utamanya Fisika dan sama sekali tidak tertarik dalam ilmu agama. Saya saat itu sudah dirasuki pikiran bahwa kalau ke pondok itu pasti isinya cuma agama, agama dan agama. Ujung - ujungnya sekarang saya menyesali keputusan saya kala itu. Bahkan gusti pekak ( kakek saya yang beragama Hindu ) berencana pula memasukkan saya ke sebuah pesantren di daerah Ponorogo.

Masuk SMP, kemampuan saya bisa dibilang lumayan. Saya tak pernah mendapatkan nilai dibawah 8 untuk mata pelajaran Fisika. Campur tangan guru Fisika saya yang disiplin turut memudahkan saya dalam memahami Fisika. Saya punya cita - cita untuk kuliah di bidang Fisika ( kala itu ).

Semester kedua, dimulailah kesulitan. Bapak saya kalah dalam pemilihan kepala desa 2013 dan habis banyak dana. Hidup saya kala itu banyak kesusahan. Saya menjadi ogah - ogahan lagi belajar. Nilai saya banyak yang turun. Bahkan pernah suatu kali ulangan Fisika saya mendapat nilai 5. Sebuah nilai yang sangat rendah bagi seorang yang pernah masuk 10 besar siswa terbaik tingkat kabupaten. Saya mulai melupakan cita - cita saya menjadi ahli Fisika.

Kelas IX, saya tertarik ke bidang komputer. Otak atik komputer, membuat aplikasi atau mendesain gambar sepertinya adalah hal yang keren. Saya bahkan mengorbankan 1 CPU demi saya berlatih merakit. Saya akhirnya punya keinginan untuk masuk ke sebuah SMK di daerah Ngawen, Klaten jurusan TKJ. Namun hal itu gagal lagi. Masalah biaya lagi - lagi menjadi suatu halangan. Padahal dalam test di SMK tersebut, nilai bakat minat saya ke jurusan TKJ bisa dibilang baik.

Akhirnya saya berlabuh ke SMK Negeri 1 Trucuk jurusan Agribisnis Produksi Tanaman. Saya punya cita - cita untuk menjadi wirausaha di bidang pertanian karena latar belakang keluarga saya juga petani. Saya cukup senang dengan jurusan ini. Saya berkeinginan menggeluti usaha bidang pertanian organik, apalagi setelah belajar sistem pertanian organik kepada salah seorang dari Desa Gempol, Karanganom, Klaten. Namun sebelum itu, saya berkeinginan kuliah dahulu. Saya ikuti SNMPTN dengan memilih Universitas Negeri Udayana Denpasar dan Universitas Negeri Tidar. Namun saya gagal lolos SNMPTN. Saya mencoba mendaftar SBMPTN.

Namun ternyata ada jalan lain. Saya mencoba ikut test PT. Astra Agro Lestari. Saya berhasil lolos. Namun tampaknya saya sama sekali tak cocok dengan bidang Agribisnis Perkebunan. Saya resign. Tujuan saya bisa kuliah pertanian / peternakan. Namun karena alasan tertentu, lagi-lagi saya belum berkesempatan untuk merasakan kuliah. Jalan lain muncul lagi. Saya mencoba ikut pemberangkatan Tenaga Kerja ke Malaysia untuk sektor peternakan. Ternyata sesampai di lokasi, saya cukup puas. Saya bisa belajar banyak tentang peternakan unggas.

Bahkan saya sudah bisa mulai kuliah walaupun hanya di UT. Tidak, tidak, saya tidak pernah menganggap UT ini buruk. Sama sekali tidak. Justru saya merasa bersyukur, di UT saya bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan yang merupakan TKI sekaligus mahasiswa. Tentu saya bisa sesekali sharing pengalaman dengan mereka. Dengan cara itu bisa menambah motivasi untuk saya agar lebih maju. Saya bersyukur dengan jalan hidup saya.

Saya hanya ingin berpesan kepada pembaca dan diri sendiri, tidak perlu menyesali dengan jalan hidup anda saat ini. Yang perlu dilakukan hanyalah menjalankan dengan penuh senang hati. Mungkin apa yang kita jalani sekarang tidak sesuai dengan tujuan kita dulu. Tapi bisa jadi apa yang kita peroleh sekarang merupakan impian beberapa orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Curahan Hati TKI Malaysia : Cowok Dianggap Suka Jajan, Cewek Dianggap Gampang Diajak Tidur

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo