Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Catatan Perjalanan : Trip Tanpa Rencana

Gambar
Sebenarnya saya tak punya rencana untuk menjalani trip ini. Karena trip ini bertepatan di hari sekolah dan ndilalah siangnya setelah pulang saya ada janji ketemu dengan seseorang di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta untuk transaksi buku. Iya, salah satu hobi saya juga baca buku tapi bukan buku pelajaran. Sebenarnya bisa juga kok bukunya dikirim, tetapi saya juga lagi pengen main ke Jogja sekalian nyoba kereta api lokal. Kereta api yang saya pakai adalah kereta Prambanan Ekspres yang biasa disingkat Prameks. Kereta ini melayani trayek Solo Balapan - Purwosari - Klaten - Maguwo - Lempuyangan - Tugu hingga ke Kutoarjo. Terakhir saya naik Prameks adalah ketika harga tiketnya masih 9000, sekarang 8000. Kala itu saya kapok dan ogah naik Prameks lagi. Lemot, panas, gemblodak blass nggak nyaman. Tapi sekaranng sudah berbeda. Prameks menjadi salah satu andalah di jalur Solo - Jogja - Kutoarjo selain KA Joglokerto yang harga tiketnya bisa dipakai buat pulang pergi Solo - Jogja naik Prameks 3

Hobi Naik Bis Itu Tidak Aneh

Gambar
Ayo Naik Bis Sebagai seorang yang terlahir di keluarga yang sudah sangat akrab dengan bis, tentu bis bukanlah hal yang asing bagi saya. Bapak saya pernah berkarir sebagai supir bis di jalur Jogjakarta - Denpasar - Mataram. Sementara ibu saya dulu adalah mahasiswa asal Bali yang kuliah di Jogjakarta. Sementara tiap main ke rumah keluarga kakek - nenek di Bali naiknya juga bis. Jadilah sejak kecil saya sudah akrab dengan bis. Sejak kecil, saya sudah jatuh cinta sama benda kotak beroda tersebut. Banyak sekali kenangan masa kecil saya dengan bis. Bahkan dulu saat saya masih kecil, bus AC adalah barang mewah bagi teman - teman desa saya yang lebih sering bertemu  selepan . Tetapi bagi saya, bus kelas Super Eksekutif bukanlah barang mewah. Menjelang SMP, saya mulai suka nonton bis di pinggir jalan raya. Saat diajak bepergian saya lebih suka mentelengi jalan raya untuk melihat bis-bis yang lewat. Kala itu bodi bis kesukaan saya adalah Legacy SR1. Legacy SR2 HD Prime saat itu b

Selepan, Hiburan Murah Masa Kecil

Jauh di masa sebelum saya punya hobi naik bis, saya dan kawan sepermainan masa kecil saya punya sebuah kebiasaan di setiap sore. Sebuah kebiasaan yang hanya ada di kampung yang jauh dari kehidupan kota. Kebiasaan itu adalah naik selepan. Bagi anda yang tidak tahu apa itu selepan, selepan adalah sebuah mesin penggiling padi. Biasanya setelah di panen, padi akan dipisahkan dari jerami menggunakan threser. Setelah itulah digiling menggunakan selepan yang akan menghasilkan gabah bersih. Selanjutnya digiling lagi menggunakan selepan yang akan mengubah gabah menjadi beras. Dulu di masa saya kecil, di desa saya ada yang usaha menyewakan selepan. Beda dengan selepan rumahan, selepan tetangga saya ini lebih fleksibel karena pelanggan tidak perlu datang ke tempat penggilingan. Cukup order saja nanti bakal datang sendiri. Oke, sudah paham? Lanjut ke cerita. Biasanya, sekitar jam 3-4 sore anak-anak sudah mengumpul di depan rumah saya ( Depan rumah saya saat itu masih sangat strategis unt

Catatan Perjalanan : Lebih Mirip Setrika Daripada Orang Bepergian

Gambar
Hari kamis kemarin saya ada jadwal seminar di UTP yang letaknya di dekat Taman Balekambang tak jauh dari Stadion Manahan, Kota Solo. Berhubung dari pihak guru menyarankan agar naik bis saja maka saya dan enam orang teman saya menuju ke Terminal Ir. Soekarno, Klaten. Meskipun kami turun di Solo namun bus yang kami cari adalah bus tujuan Surabaya. Tak perlu saya jelaskan alasannya. Saya anggap sampeyan sudah paham sendiri. Jam 06.15 saya sudah tiba di terminal. Katanya jam setengah 7 harus sudah berangkat dari terminal. Saya kira saya sudah telat. Tapi  bejangkrek setan alas, tak ada satupun teman saya yang ada di lokasi. Saya langsung menuju ke shelter bus tujuan Surabaya. Sudah ada beberapa orang menunggu bus disana. Hingga akhirnya sebuah bus Sugeng Rahayu dan Eka datang kemudian berangkat lagi setelah mengangkut penumpang. "Masnya mau kemana." Tanya salah satu petugas terminal ke saya. "Mau ke Madiun, Bu." Jawab saya. Sengaja saya bohong, kalau jujur

Sukses Itu Perlu Perjuangan

Sebagai siswa sekolah yang harus menerima kenyataan lima hari belajar dan pulang sore tentu hujan adalah salah satu momok menakutkan. Apalagi bagi saya yang jarak dari rumah ke sekolah adalah kurang lebih 15 km dan itupun beberapa hari ini sering nebeng teman. Ditambah jika pakaian khusus praktek dalam kondisi sangat kotor dan harus dicuci untuk dipakai hari berikutnya maka hujan adalah ancaman yang sungguh nyata. Tetapi tentu halangan itu bukan berarti membuat saya mengeluh terlalu hebat. Apalagi sampai harus membuat sebuah kalimat "SMK = Sekolah Mulih Kudanan" dan ditulis di story Whatsapp. Saya menganggap hujan sebagai salah satu rintangan dan konsekuensi saya untuk meraih mimpi menuju kesuksesan. Karena sesungguhnya sukses itu tidak mudah dan sangat memerlukan perjuangan. Sungguhpun hujan deras, bukan berarti kita berhak mengganti kepanjangan SMK dari Sekolah Menengah Kejuruan menjadi Sekolah Mulih Kudanan ( Sekolah Pulang Kehujanan ), Sekolah Mulih Kesorean ( S