Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Perkara Nego Syal Pasoepati

Pagi itu, dua teman saya yaitu Chiffie dan Sanusi sama - sama ingin membeli syal dan kaos Pasoepati untuk menonton pertandingan Persis Solo pada sore harinya. Karena mereka memang suporter dengan dana minim datanglah mereka ke pasar klithikan yang juga ada pedagang yang menjual syal dan kaos dengan harga murah. Tetapi karena ada berbagai alasan mereka berpisah waktu membelinya. Chiffie membelinya saat pagi sementara Sanusi membelinya saat agak siang. Singkat cerita mari kita simak dialog nego keduanya, Chiffie : Mas, ini kaos sama syalnya berapa? Penjual : Ditotal 75 bro. Chiffie : Mahal e mas? Tak bayar 50 mas. Penjual : Waduh, belum bro. Chiffie : Hla nanti mau tak bawa ke Manahan je mas. Penjual : Oalah, ya sudah. Bayar 55 kalau mau. Chiffie : Wah, oke mas. Sekilas, nego diatas tampak biasa, Namun mari kita lanjutkan ceritanya. Karena Sanusi selesai dengan acaranya, dia menemui Chiffie. "Tuku jersey rung bro?" Tanya Sanusi. &qu

Hanya di Bahasa Indonesia

Saya adalah salah satu siswa yang sangat suka mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak, bukan karena sering kosong. Tapi karena hanya di Bahasa Indonesialah kemampuan menulis saya menjadi sangat terasah, karena di mapel ini banyak bab yang berhubungan dengan mengarang. Entah itu mengarang eksposisi, cerpen, eksplanasi maupun yang lainnya. Memang, kata sebagian guru dan kawan kemampuan menulis saya cukup baik. Saya juga heran darimana saya bisa punya kemampuan menulis yang bisa dibilang lumayan. Apalagi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pokok e nek gurune wes nentokne tema wes isoh tak gawe karangan ( iki ra sombong lho bro ) . Padahal saya masih ingat saat saya masih TK. Saya adalah murid paling ndableg . Disuruh ajar nulis tidak mau nulis. Yang saya mau hanya permainan dan , , , , PULANG. Wajar to, namanya bocah ndableg . Sekedar berbagi, saya awal punya hobi nulis ini justru dari hal yang sangat jauh dari hal tulis menulis, yaitu dari Game. Aneh bukan? Ya aneh lah. Namanya ju

Beda Tempat, Beda Rasa

Selama tiga bulan dari Januari hingga Maret saya melaksanakan PKL di Kota Batu, Jawa Timur. Selama tiga bulan itulah saya hidup di lingkungan baru yang agak jauh dari tempat asal saya di Klaten. Kondisi itu membuat saya harus pandai adaptasi, tak terkecuali dengan kondisi airnya. Sudah banyak yang tahu kalau Klaten dan Batu adalah dua kota dengan kondisi yang sangat kontras. Klaten berada di dataran rendah panasnya naudzubillah sementara Batu adalah kota yang dinginnya melebihi sikapnya kepada saya ( curhat ). Ketinggian tempat berbeda tampaknya juga berpengaruh pada kondisi airnya. Bertahun – tahun tinggal di Klaten membuat saya agak kademen saat awal – awal mandi di Batu. Mandi jam 6 pagi di Batu bagaikan mandi jam 3 di Klaten. Tapi lama kelamaan airnya tampak seperti biasa. Tidak adem lagi. Ya pokoknya seperti mandi biasa. Akhir Maret saya selesai PKL dan balik ke Klaten. Pertama kali mandi di Klaten pasca PKL rasa airnya sungguh aneh. Seperti pliket – pliket ­ gimana git

Curahan Hati Pengamen Bus

Sabtu, 25 Maret 2017 lalu saya dan 2 kawan saya naik bus PO. Tentrem dari Terminal Arjosari Malang menuju ke Terminal Purabaya Surabaya. Sebenarnya jadwal saya pulang adalah tanggal 24 Maret, namun karena adanya "gangguan" terpaksa mundur tanggal 25. Sepanjang perjalanan banyak banyak sekali pengamen yang numpang mencari rezeki di bus yang saya tumpangi. Sebenarnya saya pengen tidur karena setelah sampai di Surabaya harus oper bus jurusan Jogjakarta. Namun kok rasanya pengen juga dengerin lagu yang dilantunkan oleh pengamen. Dari sekian banyaknya pengamen ada satu kesimpulan berharga yang saya dapat yaitu "Mereka selalu dituduh sebagai pelaku kriminal di bus." Memang di bus yang saya tumpangi sering terjadi kasus kehilangan barang seperti dompet, tas, hp dan lain sebagainya. Dan yang paling sering menjadi "korban" tuduhan adalah sang pengamen. Maka ketika selesai mengamen mereka memberikan sedikit pesan waspada. Ada pula yang semakin membuat