Catatan Perjalanan : Mencoba Naik Kereta Api Murah Dari Klaten ke Malang

Kalau kita mencari kereta api dari Klaten ke Malang yang muncul hanya sedikit sekali pilihan. Palingan ya cuma ada Malioboro Ekspres untuk pilihan keberangkatan siang dari Klaten dan Kertanegara yang berangkat malam dari Klaten. Selain itu juga ada Malabar itupun berhenti di Klaten cuma ke arah timurnya saja, sementara arah baratnya Malabar berjalan langsung di Stasiun Klaten. Sesekali Gajayana Tambahan juga berhenti Klaten pas musim liburan tiba.

Tarif termurah untuk saat ini berada di angka 270 ribu untuk kelas Ekonomi. Pada saat artikel ini dibuat, baik Kertanegara maupun Malioboro Ekspres sama-sama menggunakan rangkaian New Image 2016 untuk kelas Ekonominya. Tapi beberapa waktu lalu, saya mencoba naik kereta api dari Klaten ke Malang dengan sistem transit dan hanya menghabiskan biaya tiket 95 ribu saja. Lho kok bisa? Ya bisa dong. Karena kereta yang saya naiki adalah kereta ekonomi subsidi.

Kebetulan sekali waktu itu saya ada acara di Malang. Awalnya saya pikir mau naik bus ekonomi ke Surabaya dulu, lalu ganti naik bis ekonomi juga dari Surabaya ke Malang untuk menghemat biaya. Tapi setelah cari referensi dan tanya sana-sini, saya putuskan untuk naik kereta api Kahuripan dari Klaten dan turun di Kediri. Kemudian dari Kediri naik Dhoho Penataran ke Malang.

Etape 1 ( Klaten - Kediri )
Kahuripan arah timur tiba pagi banget di Klaten. Mau gak mau saya harus bersiap di Stasiun Klaten sekitar jam 6. Ternyata bukan cuma saya penumpang Kahuripan dari Klaten. Ada sekitar belasan penumpang lain yang mau naik Kahuripan. Rata-rata mereka turun di Kertosono, Kediri, Tulungagung sampai ke Blitar.

Salah satu penumpang menarik perhatian saya. Dia berpakaian rapi sekali, bersepatu dan telponan dengan suara keras di peron stasiun. Saya memang gak berniat nguping, tapi yang namanya telponannya dengan suara keras pastilah saya bisa denger. Isi obrolannya seputar bisnis dengan penghasilan besar. Saya tidak perlu menyebutkan bisnis apa yang dimaksud orang itu, mungkin anda sudah kepikiran maksud saya. Tapi saya cuma heran, hambok kalau memang banyak duit tapi kenapa kok masih naik kereta api subsidi to, Pak? Dah gitu telponan dengan suara keras di peron buat pamer bisnis berpenghasilan besar itu  blass ra masokkk. Akan lebih elegan kalau cara pamernya diganti dengan cara naik kereta yang lebih mewah, Gajayana Luxury misalnya atau kalau memang mau naik dari Klaten bisa naik eksekutifnya Kertanegara atau Malioboro Ekspres.

Oke, lupakan orang tadi. Lagipula saya sama dia beda gerbong. Jadi gak perlu lagi dengerin telponannya yang mungkin masih dia lanjutkan sampai ke dalam kereta. Saya langsung menuju kursi saya di Gerbong 4 kursi 13A. Pelajaran yang saya petik dari perjalanan ini adalah, walaupun kita sudah memesan window seat belum tentu bakalan kita bisa duduk dekat jendela, apalagi naiknya KA ekonomi subsidi. Bahkan ketika masuk kursi saya sudah ada yang menempati, sialnya ketika saya minta bapaknya yang duduk di kursi saya diam saja tak bergeming. Akhirnya bapak-bapak sebelah ada yang menyela, "Sampeyan dah pastikan nggak salah masuk gerbong kan, mas? Ini gerbong 4 lho".

"Lho nggak pak. Tiket saya memang gerbong 4. Gerbong 4 kursi 13A. Kan harusnya ini kursi saya." Kata saya sambil menunjukkan tiket.

"Pakai kursi lain yang kosong aja mas. Jangan kaku-kaku lah." Bapak-bapak tadi malah membela bapak yang duduk di kursi saya.

Bejangkrek setan alas. Ini kok malah seolah-olah saya yang salah dan harus ngalah. Apakah saya menyerah? Oh tentu tidak, saya masih punya argumen yang dipastikan akan membuat bapak yang duduk kursi saya segera beranjak

"Bukan saya nggak mau pindah, pak. Saya udah pesen kursi ini include makanan & minuman sekali. Kalau nanti saya pindah ke kursi lain, bapak dong yang nerima makanan saya."

Agaknya argumen saya masih cukup kuat untuk mengusir secara halus bapak tersebut. Ya, pada akhirnya saya duduk di kursi 13C karena kursi 13A sudah ada yang memakai. Bagi saya sih gak masalah ya. Yang penting duduk kursi 13 dan pramugari gak kesusahan nyari saya pas ngantar makanan. Mood saya udah bener-bener rusak sejak awal naik. Jadi saya diam saja gak ngobrol sama penumpang sebelah. Jadi ketika pramugari datang mengantar makanan, langsung saya makan tanpa basa-basi ke penumpang di hadapan maupun sebelah "Mari makan, mas. Makan dulu, bu". Dibilang sombong hambok prekk...

Sepanjang perjalanan saya cuma nontonin pemandangan luar saja. Saya baru bisa dapatin kursi saya di 13A ketika dah banyak yang turun di Magetan. Saya sendiri sudah sering membaca dan mendengar pengalaman orang kala mereka naik kereta api jarak jauh yang subsidi. Mereka sering mengeluhkan jika kondisi di dalam gerbong nggak karuan. Ada yang main hp dengan volume maksimum, telepon dengan suara keras sampai ada yang teriak-teriak di gerbong. Bagaimana pun itu bukan masalah bagi saya, tapi ketika hak kursi diambil orang dan orangnya ngeyel, ya itu masalah. Saya bener-bener pengen cepat sampai ke Kediri dan segera turun dari Kahuripan.


Kahuripan sampai di Kediri sekitar jam 12 siang. Berhubung tadi dah makan di kereta api, saya gak makan siang lagi di Kediri. Saya cuma jalan keluar stasiun buat beli charger dan masuk kembali ke dalam stasiun buat nunggu Dhoho Penataran. Sebenarnya saya bisa aja naik Kahuripan sampai Blitar dan naik Dhoho Penataran dari Blitar. Tapi entah kenapa saya lebih pengen buat turun di Kediri.

Dhoho Penataran tiba di Kediri sekitar jam 2 siang. Kebetulan saya dapat tiket tanpa kursi, alhasil saya harus berdiri atau duduk lesehan sampai Malang. Dalam perjalanan ini, saya ketemu sama orang yang enak banget diajak ngobrol. Mood saya yang sempet rusak gara-gara naik Kahuripan tadi langsung berbalik jadi bagus pas naik Dhoho Penataran. Alhasil perjalanan lama dan melelahkan gak begitu kerasa, cerita obrolan ini sudah saya buatkan artikel tersendiri yang berjudul Obrolan di Dhoho Penataran.

Sampai di Malang udah hampir Malang. Saya sempatkan beli sebungkus nasi untuk saya bawa makan di hotel. Dalam perjalanan ini memang saya hanya mengeluarkan uang gak sampai 100 ribu untuk tiket dari Klaten ke Malang. Saya merekomendasikan kepada anda kalau ingin melakukan perjalanan murah meriah dengan mengesampingkan kenyamanan. Bahkan Kahuripan full trip hanya 88 ribu kalau dari Kiaracondong, Bandung ke Blitar. Jadi kalau anda pengen naik kereta api dari Bandung ke Malang tapi sayang duit kalau mau naik Malabar, saya sarankan anda menggunakan sistem transit seperti saya tadi.

Kalau memang anda ingin melakukan perjalanan seperti itu, saya sarankan pesen tiket Kahuripan H-45 sebelum berangkat dan H-7 untuk KA Dhoho Penataran. Antusias masyarakat terhadap kereta api ini tergolong tinggi. Jadi harus rebutan sama penumpang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo