Bukan Sekedar Laga Biasa

Diantara seluruh pertandingan yang dijalani Persis Solo, melawan PSM Makassar memiliki sesuatu yang spesial tersendiri bagi saya. Mungkin bagi orang lain pertandingan melawan PSM Makassar sama saja rasanya seperti pertandingan lain. Saya sengaja "menspesialkan" laga ini, karena pertandingan sepak bola yang saya tonton langsung pertama kali dalam hidup saya adalah laga Persis Solo melawan PSM Makassar. Kala itu Persis dan PSM bertemu dalam lanjutan Liga Djarum Indonesia 2007 di Stadion Manahan.

Saya sebelumnya tidak tau Persis Solo, setau saya sepakbola ya cuma Timnas Indonesia tok. Itupun karena pada tahun itu bertepatan dengan gelaran Piala Asia 2007. Ajakan bapak sore itu merubah pemikiran saya yang saat itu masih berusia 7 tahun.Menaiki motor sampai ke Ngawonggo, dilanjutkan naik bus ke Stadion Manahan dan turun di perempatan Manahan kemudian jalan kaki. Sepanjang jalan saya dibuat takjub dengan konvoi rombongan dengan atribut merah. Sesampainya di Stadion Manahan saya semakin takjub, saat itulah untuk pertama kalinya saya melihat stadion yang megah.

Bapak saya membeli selembar tiket VIP A1 yang saat itu harganya masih 30 ribu. Dengan selembar tiket sudah bisa untuk masuk saya dan bapak. Sampai di tribun ternyata pemain sudah pemanasan dan saat itu juga bapak mengenalkan saya ke pemain-pemain Persis Solo.Pertandingan sendiri berlangsung seru. Setelah sempat unggul 1-0, Persis harus tertinggal 1-2 hingga jeda babak pertama sebelum akhirnya menang 3-2. Namun di akhir laga terjadi sebuah insiden yang saya sendiri tak tau apa sebabnya. Saya sendiri takut, namun ditenangkan oleh Bapak.

Selesai menonton kembali mencegat bus di perempatan Manahan. Disitulah kembali terjadi kesialan, waktu mau naik bus tiba-tiba saya terjatuh di aspal. Beruntung di belakang bus tidak ada kendaraan. Peristiwa hari itu benar-benar tidak bisa saya lupakan sepanjang hidup.

Peristiwa tadi menjadi awal mula saya mencintai klub ini. Hingga kini, Persis seolah menjadi salah satu bagian hidup saya dan cukup berpengaruh dalam aktivitas. Kalau Persis menang, menjalankan aktivitas keesokan harinya serasa amat bahagia. Lain kalau Persis kalah, rasanya sedikit kurang semangat. Mungkin ini berlebihan, tapi bagi saya ini takdir yang harus dijalani. Toh, saya merasa tidak terlalu berlebihan dalam mencintai tim ini. Saya berprinsip seperti yang lainnya "PERSIS SOLO SELAMANYA, BUKAN SEGALANYA"

Hari ini ( Senin, 13 Januari 2025 ) kedua tim kembali bertemu. Ingatan saya kembali memutar memori peristiwa belasan tahun lalu yang menjadi titik awal saya mencintai tim ini. Ingatan dimana saya tidak tau Persis Solo, kemudian sedikit mengenali Persis Solo, rutin mengikuti berita perkembangannya hingga sedikit mengoleksinya beberapa merchandisenya. BANGGA SAMBERNYAWA!

----

Artikel dengan isi yang hampir sama telah tayang di pagarhijaumanahan.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo