Sekedar Nostalgia Masa Sekolah : One Plant

Banyak orang yang berkata kalau masa sekolah paling indah ialah saat masa SMA/K. Agaknya saya juga menyetujui pendapat itu. Bagi saya pribadi, masa paling berkesan memang saat saya berada di SMK. Bukan,,,bukan,,,ini bukan soal percintaan atau asmara. Melainkan soal perkawanan. Masa SMK saya memang tidak pernah dihiasi oleh bab asmara berbeda dengan kebanyakan kawan-kawan saya.

Personil One Plant saat kunjungan ke Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropis tahun 2016

Saya masuk ke SMK pertanian. Sejak awal masuk, saya sudah yakin 100% diterima. Lha gimana enggak? NEM saya saat itu adalah 31,1 dari 40. Disaat teman lain yang NEMnya sama dengan saya berebut masuk ke sekolah lain yang tingkat gengsinya lebih tinggi seperti SMK Negeri 2 Klaten saya dengan mantap memilih SMK N 1 Trucuk jurusan pertanian sebagai pelabuhan baru pasca lulus SMP. Alhasil sejak mendaftar saya sudah bisa dipastikan diterima.

Asal Usul One Plant

Saat daftar ulang, nama saya masuk dalam daftar siswa kelas X Tanaman 1. Ternyata pembagian kelas siswanya didasarkan pada alphabet. Alhasil nama saya yang berawalan "H" masuk di kelas X Tanaman 1 bersama 36 kawan yang lainnya. Sejak awal saya sudah yakin kelas ini pasti asik.

Dan keyakinan saya memang benar. Kawan-kawan saya saat itu semuanya asik, lucu dan kadang ada yang saklek. Tapi dari kesaklekan mereka itulah suasana kelas jadi gak membosankan. Berasal dari SMP yang menerapkan sistem disiplin yang ketat menciptakan sifat kaku dan mudah baper dari diri saya ketika masuk ke One Plant, karena itu ketika awal awal saya adalah orang yang agak mudah emosi dan ngambek. Beruntung, ketika kelas XI saya mulai menjadi koclok seperti kawan - kawan yang lain bahkan melebihi mereka.

Lalu kok bisa muncul istilah One Plant? Jadi gini ya mas, mbak. One itu satu. Plant itu tanaman. Jadi One Plant ya,,,Tanaman Satu. Wes intine ngono ra usah dowo-dowo.

Wali Kelas Yang Selalu Sabar Dengan Polah Kami

Naif rasanya kalau dalam artikel ini saya tidak menyediakan subjudul khusus sebagai tanda terimakasih kepada walikelas kami yang dulu selalu sabar dengan tingkah dan polah kami. Wali kelas pertama kami adalah Bu Indrati Rosita. Beliau adalah wali kelas kami yang mungkin memikul beban paling berat dan harus yang paling sabar. Lha gimana enggak? Kami ini baru lulus SMP yang tentu polah kami belum betul-betul dewasa. Alhasil tak henti-hentinya bu Indrati Rosita menasehati, menegur hingga dalam titik yang lebih tinggi beliau juga memberikan hukuman kepada kami. Beranjak ke kelas XI kami mengalami pergantian wali kelas saat pergantian semester dimana wali kelas kami di semester 1 Pak Darto digantikan oleh Bu Retno karena Pak Darto mendapatkan tugas di sekolah yang baru. Beranjak ke kelas XII wali kelas kami adalah Bu Erum. Bu Erum ini adalah yang paling tegas dari wali kelas kami yang sebelum-sebelumnya. Tentu dalam artikel ini saya ingin menghanturkan rasa terima kasih dan sembah hormat yang setinggi-tingginya kepada bapak ibu yang pernah menjadi wali kelas kami dahulu.

Perbedaan Karakter Yang Menyatu dan Saling Melengkapi

Latihan upacara sebagai perwujudan cinta tanah air.

Latar belakang kami berbeda-beda tentu saja membawa pada karakter kami. Kalau saya sendiri sih ya, kayaknya bisa dibilang gak terlalu serius tapi gak terlalu kocak-kocak banget juga. Mayoritas kawan saya memang kocak-kocak. Seringkali saya tertawa kalau lagi sama mereka. Apapun yang keluar dari mulut mereka pasti lucu-lucu semua. Jangankan pas lagi ngumpul, di grup WA saja bisa seseru itu kalau lagi pada gabut di rumah dan ngumpul di grup WA. Selain yang kocak, ada beberapa yang agamis-agamis yang seringkali menjadi penyeimbang dalam perkumpulan. Jadi saat lagi asik ngobrol pasti ada yang kalau tiba waktu shalat dia yang paling awal ngajak beribadah.

"Wes ayo sholat sik. Mengko tutukne meneh" ( Dah ayo sholat dulu. Nanti lanjutin lagi ) kata orang tersebut.

Selalu Ada Saat Jam Istirahat : PPJ ( Pasukan Plesur Jajan )

Plesur alias Diki ( memegang buku kuning ) sebagai pelopor PPJ yang berkontribusi dalam memutar roda perekonomian di sekolah.

Namanya Diki, tapi lebih akrab dipanggil plesur. Perawakannya tidak terlalu besar. Satu hal yang pasti soal dia, saat jam istirahat pasti dia ada dalam rombongan orang yang jajan. Hal itu membuat salah satu kawan saya ( Ra tak sebut jenenge. Soale aku yo lali tenan je... ) membuat istilah baru dalam kelas kami yaitu PPJ atau Pasukan Plesur Jajan. Jadi PPJ ini adalah sebuah kelompok yang jajan saat jam istirahat, dengan Diki sudah pasti ada di dalam rombongan. Jadi bisa dibilang PPJ sudah pasti anggota One Plant, tapi anggota One Plant belum tentu tergabung dalam PPJ. Dan PPJ hanya memiliki satu anggota tetap yaitu Diki dengan siswa lainnya sebagai anggota tidak tetap ( wes koyo PBB wae ) tergantung siapa yang jajan pada hari itu.

Itulah One Plant

Duduk sama rata sama rasa

Ya begitulah nostalgia singkat soal One Plant. Hari ini teman-teman saya kala itu banyak yang sudah mendapatkan pekerjaan mapan seperti kerja operator tambang, mandor di perkebunan sawit, magang di jepang hingga pekerjaan-pekerjaan mapan lainnya. Semoga kawan-kawan saya kala itu selalu diberikan kelancaran karir sehingga bisa menjadi orang yang sukses, membanggakan keluarga juga menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja

MotoGP dan Sebuah Renungan Waktu Yang Cepat Berlalu