Joglokerto, Senja Utama Solo dan Logawa Dalam Perjalanan Sekolah Saya

 Saat SMK dulu, saya selalu berangkat sekolah di jam yang hampir sama setiap harinya. Perjalanan dari rumah menuju sekolah mengharuskan saya untuk melewati sebuah perlintasan kereta api di jalan Ngaran Mlese - Trucuk dan membuat saya sering kepalang sepur. Saya masih ingat kereta api apa saja yang melintas pada waktu itu.

Suatu pagi jalanan masih sepi. Jam tangan saya menunjukkan waktu 06.20 dan dari kejauhan saya melihat kelap-kelip lampu palang perlintasan diiringi suara sirine, saya bisa menebak kereta apa yang akan lewat, jawabannya adalah Joglokerto. Ya, kereta api relasi Solo Balapan - Purwokerto itu menjadi pertanda bahwa saya berangkat agak awal. Saya memang cukup sering berangkat lebih awak untuk menghindari ramainya jalan raya.

Hari selanjutnya, saya malas mandi pagi. Cuaca dingin membuat saya memulai hari agak lambat dari biasanya. Saya berangkat dari rumah agak siang, jalanan sudah ramai, sesampainya di perlintasan Ngaran Mlese palang sudah menutup. Dari arah Klaten menuju Solo melintas kereta api Senja Utama Solo yang hari sebelumnya berangkat dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta menuju Stasiun Solo Balapan. Senja Utama Solo menjadi tanda bahwa saya agak lambat berangkat ke sekolah.

Setelah menjalani kegiatan di sekolah, saatnya saya pulang. Singkat cerita sampailah saya di perlintasan Ngaran Mlese. Terlihat palang perlintasan menutup, dari arah Solo menuju Klaten melintas kereta api Logawa relasi Jember - Cirebon. Logawa hampir selalu melintas saat saya pulang sekolah. Sebenarnya ada juga Malioboro Ekspres yang baru saja datang dari Malang menuju Jogja, tetapi saya lebih sering bertemu dengan Logawa.

Seringnya bertemu Joglokerto, Senja Utama Solo dan Logawa membuat saya penasaran dan tergerak untuk menjajal salah satu dari ketiga kereta tersebut. Saya menepikan keinginan untuk menjajal Senja Utama Solo. Tentu saja saya yang saat itu masih sekolah dan dompet tipis tidak memiliki waktu luang untuk menjajal kereta api Senja Utama Solo hingga ke Jakarta. Pilihan tersisa Joglokerto dan Logawa.

Akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke Logawa terlebih dahulu. Sebenarnya harga tiket Joglokerto lebih murah daripada Logawa. Tetapi saya tidak memiliki pengalaman ke Purwokerto. Cukuo beresiko bila saya ke Purwokerto sendirian dengan pengalaman dan dana terbatas. Saya putuskan membeli tiket KA Logawa via website KAI. Saat itu Logawa masih merupakan kereta api yang disubsidi pemerintah. Tarifnya 70 ribuan. Saya saat itu naik ke arah timur tetapi tidak full trip sampai Jember, tetapi hanya sampai Nganjuk. 

Selanjutnya saya baru bisa menjajal KA Joglokerto saat namanya sudah berubah menjadi Joglosemarkerto. Saya naik dari Klaten ke Solo Balapan tetapi memutar ke Purwokerto dahulu. Jadilah saya naik kereta api selama lebih dari 10 jam dari Klaten ke Solo. Hingga kini hanya KA Senja Utama Solo yang belum saya naiki dari ketiga KA tersebut.

Begitulah masa sekolah saya yang “ditemani” oleh Joglokerto, Senja Utama Solo dan Logawa. Ahh, seandainya waktu bisa diputar saya sangat ingin sekali kembali berangkat sekolah bertemu dengan kereta-kereta tadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Catatan Perjalanan : Trip Tanpa Rencana

Bus di Sekitaran Jalanan Jogja - Solo