Kenangan Buku Atlas Dunia

Saat saya kelas 5 SD, guru saya pernah mengapresiasi soal pengetahuan saya tentang negara-negara di dunia. Saat teman-teman yang lain masih kesulitan menghapalkan nama negara-negara di Asia Tenggara, saya malah sudah hapal hampir berbagai negara di Asia termasuk Ibukotanya. Bahkan bukan cuma negara Asia, saya juga tahu kalau Albania, Serbia, Montenegro & Kroasia pernah menyatu sebagai negara bernama Yugoslavia. Saya juga jadi tau kalau ada negara-negara pasifik bernama Kiribati, Tuvalu, Niue dan beberapa negara Pasifik lainnya yang kala itu teman saya belum pernah dengar.

Saya mendapatkan buku atlas pertama saya di tahun 2007 saat saya masih kelas 1 SD. Bapak saya sengaja membelikan atlas dengan tujuan menunjukkan berbagai kota/kabupaten yang dilewati saat perjalanan dari Klaten menuju Bali. Tapi ternyata saya mengeksplor atlas tersebut lebih jauh lagi. Saya bukan hanya membuka peta Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Namun saya juga mengorek atlas tersebut dari Aceh hingga ke Papua bahkan hingga luar negeri.

Atlas yang dibelikan oleh bapak saya merupakan atlas yang diproduksi oleh Buana Raya. Isi atlas tersebut menurut saya cukup lengkap. Di bagian awal atlas tersebut saya disuguhkan dengan berbagai pakaian & rumah adat di Indonesia lengkap dengan gambarnya. Sebuah hal yang belum diajarkan di sekolah. Selanjutnya ada halaman berjudul "Wawasan Nusantara" yang menunjukkan peta Indonesia dengan sedikit rincian lokasi hasil pertanian, perkebunan dan pertambangan. Selain itu ditunjukkan juga batas laut teritorial & zona ekonomi eksklusif. See, lagi-lagi saya mendapatkan apa yang belum didapatkan di sekolah saat itu.

Setelah halaman "Wawasan Nusantara" dilanjutkan dengan peta Provinsi Aceh hingga Papua. Semuanya lengkap 33 Provinsi sesuai dengan jumlah Provinsi di Indonesia saat itu. Dari situ saya mengetahui berbagai kota dan kabupaten yang ada di Indonesia. Setelah halaman "Provinsi Irian Jaya Barat & Provinsi Papua" dilanjutkan dengan berbagai halaman yang merincikan hasil bumi di Indonesia, peta lalu lintas laut hingga peta lalu lintas udara. Keren bukan?

Ketika saya membuka atlas ini dari awal, negara asing pertama yang saya temui adalah Republik Demokratik Timor Leste. Bapak saya menjelaskan bahwa Timor Leste dulunya adalah bagian dari NKRI yang kemudian tahun 1999 diadakan jajak pendapat dan mayoritas warga Timor Timur memilih menjadi negara sendiri yang terpisah dari Indonesia. Setelah Timor Leste, barulah di halaman selanjutnya menunjukkan negara-negara di Asia Tenggara, Asia, Pasifik, Eropa, Afrika hingga Amerika.

Setelah bagian peta habis, saya disuguhkan informasi daftar Pahlawan di Indonesia, kode pos & wilayah di Indonesia, simbol rambu lalu lintas, binatang dilindungi, daftar jarak di pulau jawa hingga bendera sedunia. Berbagai informasi yang ada di atlas tersebut membuat saya sering kemlinthi & show off pengetahuan soal dunia di hadapan teman-teman saya. Kadang saya bertanya ke mereka, "Kamu tau nggak ibukota negara Mauritania?", tentu saja teman-teman saya cuma ngah ngoh ra dong. Lha ya jelas, anak SD kelas 1-2 kok ditanya ibukota negara Mauritania. Jangankan ibukotanya, lha wong mungkin mereka aja nggak pernah denger nama negara Mauritania kok. Kadang saya juga sok-sokan kemlinthi ngajak mereka main "ABC" dengan tema nama negara di dunia. Wes pokok e saya pernah unggul dalam bidang internasional dibandingkan kawan-kawan saya pada masanya, sebelum akhirnya pas kelas 5 SD mulai diajarkan materi negara ASEAN dan siswa disarankan beli atlas, mulailah pengetahuan teman-teman saya mengimbangi saya.

Kini atlas yang dulu bapak saya belikan sudah rusak. Covernya sudah hilang dan sebagian halamannya sudah rusak. Saya sudah tidak pernah menjamahnya lagi sejak masuk SMK dan sejak saya kenal google maps. Saya pun sudah lupa berbagai nama rumah adat di Indonesia, kode wilayah di Indonesia hingga beberapa materi lainnya. Seenggaknya saya masih bisa paham kalau orang menyebutkan nama negara misal Eritrea, saya masih bisa ngomong "Oh itu negara di Afrika".

Saya nggak tau apakah masih ada anak sekolah yang pakai atlas sebagai salah satu referensi pembelajaran. Era modern seperti sekarang membuat buku cetak ditinggalkan dan tergantikan oleh media digital. Kalau kita mau cari informasi tentang negara di benua A, cukup cari di internet. Semuanya ada, gak perlu lagi beli atlas. Ingat, bapak saya membelikan atlas saat keluarga kami belum terjamah internet.

Terima kasih atlas. Terima kasih telah membuat diriku tidak perlu bingung saat menonton sepakbola dunia. Jadi kalau ada pertandingan antara Haiti melawan Lithuania, saya gak perlu mikir "Iki negoro cok seng main?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Curahan Hati TKI Malaysia : Cowok Dianggap Suka Jajan, Cewek Dianggap Gampang Diajak Tidur

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo