Dear Netizen Indonesia, Sejatinya Malaysia Tak Membenci Kita

Saya masih ingat betul saat menonton pertandingan sepakbola uji coba internasional antara Indonesia melawan Malaysia yang digelar di Stadion Manahan, Solo pada bulan September 2016. Saya sebenarnya ingin ikut menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia ( Negaraku ) saat lagu tersebut dikumandangkan sebelum laga. Namun keinginan tersebut harus saya urungkan karena respon penonton lain yang menghujat lagu tersebut. Saya tak ingin mati konyol di tribun Stadion Manahan karena menyanyikan lagu Negaraku disaat penonton lain menghujatnya.

Saya sendiri bisa memaklumi kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi. Ingat, saya hanya memaklumi, tetapi tidak membenarkan. Saya maklum karena selama ini kesan negara Malaysia banyak diberitakan negatif khususnya di sosial media. Mulai dari konfrontasi di masa lampau, perebutan pulau hingga soal kebudayaan. Tak heran jika banyak masyarakat Indonesia yang jengkel dengan negara tetangga kita tersebut.

Sejatinya kedua negara berasal dari rumpun bangsa yang sama, Austronesia. Bahasa, kebudayaan dan perilaku masyarakat kedua negara juga identik. Kedua negara secara politik juga memiliki hubungan diplomatik yang sangat akrab. Beberapa kali pemimpin kedua negara saling berkunjung. Tapi di sisi lain, berita di sosmed seringkali membuat hubungan masyarakat kedua negara menjadi runcing. Apalagi dalam sepakbola, jangan coba-coba anda pakai jersey Timnas Malaysia di tengah-tengah suporter Indonesia.

Tapi saya mencoba melihat dari sisi lain. Saya memandang sejatinya masyarakat Malaysia sangat menyayangi masyarakat Indonesia sebagai saudara serumpun. Saat pertandingan antara Timnas Malaysia melawan Timnas Indonesia di Bukit Jalil pada tahun 2019, pendukung Malaysia menunjukkan respect saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, setelah selesai mereka juga memberikan tepuk tangan.

Kalau anda membaca artikel saya sebelumnya tentang Mas Narendra yang bersepeda dari Klaten ke Mekkah dan saat ini tengah tiba di Malaysia, dia juga mengatakan hal yang sama. Dia merasakan sambutan yang hangat dari warga Malaysia. Apa yang dilihatnya di sosial media tidak dia temukan di kenyataan. Masyarakat Malaysia yang dia temui tak segan berbagi makanan, memberikan tempat beristirahat, membantu memperbaiki sepedanya bahkan ada yang memberikannya tenda secara cuma-cuma.

Narendra ( Memakai helm ) berfoto bersama warga Malaysia yang ditemuinya. ( Sumber : dokumen pribadi Narendra )

Saat Mas Narendra menceritakan soal kejadian Kanjuruhan kepada masyarakat di sana, mereka memberikan simpatinya. Mereka juga memanjatkan doa untuk korban dan berharap agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.

"Aku berharap momentum ini akan mengakhiri rivalitas buta antara Indonesia dan Malaysia, Kita 2 negara besar yang luar biasa hebat dalam hal apapun. kebaikan, solidaritas, kedermawanan." Kata Mas Narendra kepada saya melalu salah satu aplikasi pesan singkat. Mas Narendra bahkan menganggap Malaysia sebagai negara keduanya setelah Indonesia. Kehangatan yang diberikan warga Malaysia kepadanya membuatnya sangat terharu. Sangat berbeda sekali dengan apa yang ada di media sosial.

Saya juga pernah merasakan kehangatan dari warga Malaysia khususnya pendukung JDT. Saat Persis Solo menjalani training center di Johor dan sempat berujicoba melawan JDT, beberapa suporter JDT memberikan sapaan hangat kepada rombongan suporter Persis Solo. Padahal kita tau, dalam hal sepakbola seringkali Malaysia dan Indonesia kurang akur. Tetapi pada akhirnya saya sadar, hanya segelintir orang baik dari pihak Indonesia maupun Malaysia yang berusaha memprovokasi agar keharmonisan ini bisa pecah.

Dalam sejarah, beberapa wilayah Indonesia dan Malaysia sempat menjadi satu wilayah pemerintahan yang sama. Sebut saja Kesultanan Melaka yang pernah menguasai wilayah Riau dan VOC yang pernah berkuasa di Melaka. Sejatinya kita adalah satu namun hanya berbeda negara saja. Ingatlah bahwa Nasionalisme tidak bisa membatasi rasa persaudaraan serumpun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Catatan Perjalanan : Trip Tanpa Rencana

Bus di Sekitaran Jalanan Jogja - Solo