Seputar Cerita Perjalanan ke Bali


Assalamu'alaikum Wr. Wb
Selamat siang para pembaca. Apa kabar? Pastinya sehat. Saya juga sehat kok, tak usah khawatir ( ra takok ).

Pada kesempatan hari ini saya akan menceritakan perjalanan saya ke Bali mulai dari berangkat hingga pulang yang penuh keunikan tersendiri.
Selamat menikmati hidangan ( plakk ).

Hari itu, Jumat tanggal 18 Desember 2015 saya mendapat tugas membantu guru untuk membagikan rapot ke wali murid. Dan, saya dapat jatah membantu guru di kelas XII, XI dan X Tanaman 1. Kebetulan saya adalah siswa kelas X Tanaman 1.

Sungguh hal yang agak ribet, bukan karena tugasnya. Tapi karena gengsi. Syukur kalau nilai saya bagus, hla kalau jelek apa saya gak modyar. Bayangkan, kalau misalnya nilai saya jelek terus bapak saya memarahi saya di depan kelas, apa nggak malu sama wali murid yang lain.

Tapi, alhamdulillah, peringkat saya gak jelek jelek amat. Peringkat 6 dari 37 siswa. Yak, dan peringkat 6 sudah cukup untuk membuat saya dionek - oneke sama bapak saya. Padahal, saat itu saya sedang pusing karena besoknya saya ikut kegiatan Persami.

Nah, siangnya menjelang Jumatan, bapak saya ternyata masih nunggu saya di depan kelas sejak jam setengah 11. Sungguh, bapak yang perhatian.

Tapi, ternyata bapak saya nunggu buat ngajak saya ke Bali. Entah ada apa. Tapi katanya sih, jenguk sekalian jemput ibu saya. Sebelumnya saya nolak karena saya lebih milih persami, tapi katanya bapak saya udah diijinkan. Oke, saya ngikut. Itung - itung liburan lah.

Setelah Jumatan, saya baru sampai rumah. Disinilah keunikan terjadi. Bapak saya mengajak adik saya untuk ikut. Tapi Adik saya nolak, alasannya simpel. Takut AC, katanya DINGIN. Pemikiranmu iku hlo, dek.

"Yen numpak bis apik aku wegah, tapi yen bis elek aku gelem" Kata adik saya dengan polosnya.

Setelah usaha untuk membujuk gagal. Akhirnya setelah pamitan simbah saya berangkat. Saya nyegat bus di pinggir jalan raya Jogja - Solo tepatnya di Ngawonggo, Ceper. Tapi bus yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya ada bus Gunung Harta jurusan Denpasar. Alhamdulillah.

Bus Gunung Harta
Tapi, anehnya kok busnya nggak melambat ya. Justru makin cepat. Dan, busnya nggak berhenti. Sial, cuma dapet teloletnya doang.

"wooo,,,ra gelem entuk rejeki" teriak saya pada bus tersebut. Tapi tetep aja busnya nggak mau berhenti.

Setelah hamper setengah jam gak ada bus, bapak saya dapet ide buat naik bus ke Solo dulu baru nanti oper bus di agen yang terletak di belakang terminal tirtonadi Surakarta. Dan, akhirnya dapat bus Sedya Utama. Alhamdulillah, dapet bus yang layak, ketimbang bus jogja solo lainnya yang kurang terawa.

Tapi, busnya penuh sesak. Bapak saya terpaksa bergantungan di pintu. Sampai di Kartasura bis agak longgar meskipun masih ada penumpang yang berdiri. Saya duduk tepat disamping 2 orang anak, satunya lagi perempuan agak cantik mungkin berusia 12 - 13 tahun, satunya lagi yang mungkin adiknya berusia antara 5 - 7 tahun. Sialnya, anak yang kecil ributnya setengah modyar. Kagak ada diemnya. Banyak polah. Kadang - kadang sampai mendesak saya ke dinding bus. 20 menit saya harus tersiksa. Saya berharap segera sampai di Terminal.

Sampai di Terminal, saya mendengar ibu kedua anak tersebut berkata, "ayo gek mudun, gek numpak bis jurusan Bali.". oh, oh, jadi anak tadi juga mau ke Bali. Saya berharap tidak satu bus lagi dengan mereka. Saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya 22 jam mendengar nyanian fals dari anak itu dan harus tersiksa karena polahnya. Alhamdulillah, saya naik bus Tami Jaya dan mereka bus lainnya.

Sampai di agen bus, bapak saya langsung memesan 2 kursi. Puji syukur, kursi masih tersedia. Saya dan bapak saya dapat kursi no 19 - 20.

Bus pun berangkat, pukul 18.30 bus sampai di RM. Duta, Ngawi

Saya makan dengan lahap, karena tadi mau makan tapi bus keburu datang. Setelah 30 menit istirahat, bus berangkat, kali ini supirnya ganti.

Sensasi naik bus malam pun dimulai. Bus seolah olah tak takut dengan kendaraan sekelas kontainer. Supir bus sudah hafal benar dengan jalannya. Kadang saya harus ngeri sendiri. Terutama ketika masuk jam 02.00 - pelabuhan.

Sayangnya, toilet bus sangat berbau pesing. Bapak saya pun harus merelakan aqua besar 2 botol untuk menyiram toilet karena air wc sudah habis ( ini sekaligus kritik dan saran untuk PO. Tami Jaya )

Jam setengah 5, bus sudah sampai di pelabuhan ASDP Ketapang.

Saya lupa, saya naik KMP apa. Karena saya hanya fokus untuk segera sampai di Denpasar. Setelah 40 menit berada di tengah laut, kapal berlabuh di Pelabuhan ASDP Gilimanuk, Jemrana.

Setelah turun dari kapal, tidak ada sensasi yang lain. Alasannya bus jalan agak lambat. Jam 11 Saya sampai di Terminal Ubung.

Bapak saya bingung, karena sudah tidak ada transportasi untuk melanjutkan perjalanan ke Terminal Semarapura. Akhirnya, ada seorang bapak yang menawari. Tapi bukan pakai angkot, tapi pakai APV Arena. Dengan tarif mahal tentunya.

Tampaknya supir ini merupakan jebolah supir Sumber Kencono. Jalannya ngeri banget. Kurang dari 1 jam akhirnya sampailah saya di Terminal Semarapura. Dan setelah nego dengan seorang supir angkot, akhirnya saya naik untuk menuju rumah nenek saya di Selat, Karangasem.

Setelah perjalanan selama kurang lebih 25 jam, sampailah saya di Rumah nenek saya.


Wassalamu'alaikum WR. WB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Curahan Hati TKI Malaysia : Cowok Dianggap Suka Jajan, Cewek Dianggap Gampang Diajak Tidur

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo