Postingan

Ibu Saya dan Sebuah Warisan Kebiasaan Yang Paling Berharga

Selamat Hari Ibu untuk ibu-ibu di seluruh Indonesia. Lho kok nggak seluruh dunia sekalian? Ya karena yang merayakan hari ibu tanggal 22 Desember cuma Indonesia. Kebanyakan negara merayakannya di bulan Mei termasuk negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia dan Singapura. Biasanya pada Hari Ibu anak-anak di dunia berlomba-lomba memberi ucapan selamat hari ibu atau bahkan memberi hadiah kepada ibunya masing-masing. Begitupula dengan saya yang akan menjadikan artikel ini sebagai ucapan terimakasih serta apresiasi kepada ibu saya sekaligus sebagai postingan lagi setelah sekian lama saya nggak posting di blog. Ibu saya sudah sering membelikan saya buku bahkan sejak masih balita ( Atau mungkin sejak saya batita, saya bener-bener nggak ingat ). Ketika saya TK, saya inget banget ibu saya sering membelikan saya majalah bobo. Pembaca mestinya tau kan majalah bobo. Nah di dalam majalahnya kan ada banyak tajuk seperti komik anak-anak, beberapa pengetahuan umum ringan sampai cerpen anak. Nah dari sit...

Saya Tidak Akan Pernah Ikhlas Jika Timnas Indonesia Gagal Lolos Ke Piala Dunia 2026

Beberapa hari hingga beberapa jam sebelum digelarnya Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia sempat bertebaran beberapa ajakan untuk menyediakan sedikit ruang ikhlas jika Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Saya bisa memahami tujuan beberapa orang yang membuat ajakan tersebut yaitu agar kita sebagai suporter tidak terlalu kecewa dan bersedih. Tetapi bagi saya pribadi, tidak ada kompromi. Indonesia harus lolos ke Piala Dunia 2026. PSSI sendiri yang membuat saya dan ribuan pecinta sepakbola di negeri ini berpikir demikian. Pada awal 2025, PSSI secara mengejutkan memecat STY tanpa alasan jelas dan menggantikannya dengan Patrick Kluivert. Bagi saya, PSSI harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan cara membawa negara ini lolos ke Piala Dunia 2026. Sayangnya PSSI seolah tidak memberikan target itu untuk coach PK. Malahan beberapa waktu lalu pihak PSSI berkata kalau target yang diberikan kepada coach PK adalah lolos ke Piala Dunia 2030, bukan 2026. Saya jelas tidak te...

Raya Mati Terbunuh dan Kita Adalah Pembunuhnya

Beberapa hari pasca peringatan ke-80 Hari Kemerdekaan RI kita sudah disajikan berbagai berita yang mampu menguras emosi serta menyayat hati kita. Berita-berita yang seolah sudah menjadi makanan sehari-hari kita sebagai WNI. Berita pertama yang mungkin menguras emosi kita sebagai rakyat Indonesia adalah kenaikan beberapa tunjangan yang didapatkan oleh anggota DPR RI yang salah satunya berupa tunjangan rumah mencapai 50 juta rupiah. Apabila ditotal pendapatan sebagai anggota DPR RI mencapai 100 juta rupiah per bulan. Per bulan lho pemirsa, sekali lagi per bulan. Duit sebanyak itu belum tentu bisa kita dapatkan selama setahun penuh. Dari artikel yang saya baca di  Tempo , wakil ketua DPR Adies Kadir mengatakan bahwa Menteri Keuangan yaitu Bu Sri Mulyani merasa iba kepada anggota legislatif sehingga menaikkan beberapa komponen tunjangan. Gimana? Sampai sini udah mulai emosi? Kalau belum mari kita lanjut ke berita selanjutnya. Berita selanjutnya yang menggegerkan masyarakat Indonesia ad...

Negara Ini Tak Layak Untuk Dibenci

Beberapa dari kita mungkin merasa kecewa dengan pemerintah yang berkuasa saat ini. Terkadang kekecewaan dan kemarahan itu sedikit berefek ke rasa cinta tanah air dan nasionalisme kita. Beberapa dari kita mungkin tidak antusias merayakan peringatan ke-80 kemerdekaan RI, beberapa mungkin ogah memasang bendera bahkan banyak juga yang memasang bendera one piece. Saya pun juga termasuk dalam golongan itu. Ya, saya sangat marah dengan kebijakan pemerintah akhir-akhir ini. Tahun ini pun saya tidak punya antusias apa-apa untuk berpartisipasi dalam memeriahkan peringatan kemerdekaan. Bagi saya, tidak ada yang pantas dirayakan. Rakyat terus ditekan dengan berbagai kebijakan konyol, sementara pejabat justru asik berjoget disaat rakyat tengah menderita. Tapi bukan berarti saya membenci Indonesia. Negeri ini tak bersalah, negeri ini tak layak dibenci. Sayang sekali kalau kita harus membenci negeri ini karena ulah segelintir pejabatnya. Saya selalu ingat kalau Indonesia adalah negara yang indah, neg...

Citra Wajah Yang Sabahable

Di blog  ini , saya sudah pernah menuliskan artikel soal saya yang pernah dikira orang non-muslim karena wajah saya yang memang terlihat kafirable.  Saya tak mau menampik hal itu karena bagaimanapun juga ibu saya sejatinya adalah orang asli Bali yang dulunya beragama Hindu. Tak salah kalau orang yang belum kenal saya mengira kalau saya ini adalah non-muslim atau dalam hal ini hindu. Namun beberapa waktu terakhir, citra hinduable saya bergeser menjadi Sabahable.  Sekedar informasi buat sampeyan, Sabah adalah nama sebuah negeri di Malaysia Timur. Banyak orang Sabah yang merantau atau belajar ke semenanjung Malaya. Sementara itu ketika saya datang ke warung ataupun bertemu orang seringkali yang bersangkutan tanya ke saya " Abang ni dari Sabah kah?" . Saya awalnya kaget mendapatkan pertanyaan seperti itu. Pernah saya mencoba bertanya kenapa orang itu bertanya begitu, dia bilang logat dan wajah saya mirip sama orang Sabah. Bukan satu dua orang yang berkata begitu, sudah ada se...

Warga Pati, Kalian Luar Biasa

Gambar
Siapa sangka, Pati sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang beberapa waktu lalu mendapatkan kesan buruk karena pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya bos rental di Kecamatan Sukolilo kini mendapatkan banyak apresiasi dan dukungan dari hampir seluruh masyarakat Indonesia karena perjuangan rakyatnya dalam melawan kesewenangan Bupatinya sendiri. Demonstrasi masyarakat Pati untuk menuntut Bupati Pati, Pak Sudewo mundur dari jabatannya itu berlangsung kemarin 13 Agustus 2025. Demonstrasi ini adalah kelanjutan dari aksi protes yang sebelumnya sudah digelar masyarakat Pati untuk menolak kenaikan PBB-P2 sebesar 250%. Masyarakat Pati berdemo ( sumber gambar : detik.com ) Rencana demonstrasi ini mendapat dukungan dari banyak kalangan. Banyak warga Pati yang merantau kembali ke Pati untuk mengikuti demonstrasi, bahkan ada yang bukan warga Pati juga ikut demonstrasi sebagai wujud solidaritas sesama warga negara. Tidak ada yang salah bagi warga non-Pati untuk turut serta dalam demonstrasi ini. Berdem...

Membahas Soal Manuver LMKN Yang Semakin Wagu

Belum lama ini media masa dipenuhi berita soal salah satu waralaba restoran di Indonesia yang tersandung masalah royalti karena memutar musik di gerai-gerainya. Pada akhirnya kasus ini berakhir damai dan waralaba restoran tersebut bersedia membayar uang royalti sebesar 2,2 Milyar rupiah kepada SELMI. SELMI sendiri adalah Sentra Lisensi Musik Indonesia yang merupakan salah satu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). Akibat adanya peristiwa tadi, banyak kafe dan restoran yang sebelumnya sering memutar musik  kini menggunakan cara lain sebagai cara untuk menghibur pengunjung restoran yang salah satunya adalah memutar suara burung, alam ataupun suara lain yang intinya tidak ada unsur musiknya. Apakah kemudian masalah selesai? Tidak juga.  Dilansir dari  Detik.com  Komisioner LMKN Bidang Lisensi dan Kolekting, Jhonny W. Maukar mengatakan bahwa suara burung yang berasal dari perekaman ulang harus membayarkan royalti kepada pihak perekam. Sementara royalti tidak perlu dibayarkan...