Surat Terbuka Untuk Bapak Presiden

Assalamu'alaikum
Selamat malam Pak Jokowi. Saya nulisnya malam Pak. Jadinya ya saya mengucap selamat malam. Kalau Bapak membaca postingan ini di sore atau pagi hari ya mungkin karena postingan ini terlambat sampai ke Bapak atau bahkan tidak sampai sama sekali.

Sebelum saya menulis banyak, ijinkan saya memperkenalkan diri dan sedikit basa basi. Nama Saya Halby Mahendra Susilo. Pelajar tingkat 3 di salah satu SMK negeri di Kabupaten Klaten. Jadi saya masih satu karesidenan dengan Bapak. Usia saya masih sangat muda Pak. 17 tahun pak. Umur yang bahkan masih sangat remaja. Alhamdulillah Saya pernah sekali melihat Bapak dari dekat. Saat itu Bapak masih menjadi walikota Sol.. Kala itu di Stadion Manahan waktu pertandingan sepakbola Persija Jakarta melawan Persisam Putra Samarinda. Waktu itu Bapak duduk di tribun VVIP, sementara Saya ada di tribun VIP. Jadi jarak kita cukup dekat Pak. Sudah ya Pak basa basinya. Supaya tidak kemalaman. Maklum Pak. Saya adalah remaja lemah yang akan takluk dengan situasi malam.

Begini Pak. Saya tidak akan memberi unek - unek yang neka - neka. Saya hanya ingin memberikan unek - unek terkait sistem belajar 5 hari dalam seminggu. Dulu saat saya kelas X sistem ini sudah jalan, tetapi saat saya kelas XI kok kembali lagi ke 6 hari karena ada yang protes. Eh, ini pas saya kelas XII kok balik lagi ke 5 hari. Bapak ( atau mungkin menteri Bapak ) membuat keputusan bahwa jam belajar di sekolah adalah minimal 8 jam pelajaran. Minimalnya hlo ya. Jadilah keputusan itu diimplementasikan di sekolah tempat saya belajar. Jam masuknya 07.00 dan pulangnya 16.15 ( Ya walaupun nggak tepat waktu amat. Tapi percayalah Pak, tidak akan guru berani memulangkan sebelum jam 15.00 ).

Memang Pak, 5 hari belajar membuat kami memiliki waktu libur 2 hari. Dulu saya pernah baca di sebuah berita bahwa waktu 2 hari itu agar dimanfaatkan untuk wisata bersama keluarga. Tapi tahukah Bapak akan kenyataanya? Realitanya bukan seperti itu Pak. Saat hari Sabtu dan Minggu, kami masih memiliki tanggungan tugas Pak. Ya, tugas Pak. Nah, disinilah Pak yang ingin saya sampaikan. Coba Bapak bayangkan, kami pulang sekolah minimal jam setengah 4 sore. Satu hari ada 3 mapel dan semua mapel ada tugas yang harus diselesaikan untuk dikumpulkan esoknya. Bayangkan Pak, apa nggak mumet kalau siswa sudah sekolah 8 jam dan diberi tugas yang sebenarnya sedikit tapi terlihat membebani karena waktu sekolah yang sangat lama.

Disini saya bukan ingin mengkritik guru yang memberi tugas, tapi saya ingin memberi unek - unek tentang 5 hari belajar Pak. Pak, tolonglah mengerti kami Pak. Dulu sempat santer berita bahwa PR dan Tugas Rumah akan DIHAPUS dengan sistem 5 hari belajar. Saya adalah orang yang tentu sangat MENOLAK Pak. Ya Pak, MENOLAK. Ada baiknya kebijakannya dirubah, dengan waktu belajarnya tetap 6 hari ( 07.00 - 13.30 ) bolehlah Pak kalau ada PR / Tugas. Tapi kalau 5 hari rasanya sulit sekali hlo Pak. Apa tidak bisa to Pak jika Kurikulum 2013 / Kurikulum Nasional ini diimplementasikan dalam 6 hari belajar? Saya pribadi tidak membutuhkan waktu libur yang lama, yang saya butuhkan adalah waktu istirahat yang cukup Pak. Semoga tulisan ini dapat mewakili seluruh pelajar Indonesia, toh kalaupun tidak bisa se Indonesia mungkin satu kelas saya saja sudah cukup. Karena dari tadi temen sekelas saya banyak ngedumelnya karena sistem 5 hari yang sangat menguras tenaga ini.

Sekali lagi maaf Pak jika ada yang salah dalam artikel ini. Maklum lah Pak, pelajar usia 17 tahun seperti saya bisa apa sih?

Sekian Pak. Selamat Malam.
Wassalamu'alaikum.


Besar harapan bagi yang membaca artikel ini untuk ikut nge-share. Siapa tahu Pak Jokowi membaca artikel ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja