ASEAN : Ketika Semua Kultur Menjadi Satu


Tahukah para pembaca jika hari ini adalah hari bersejarah? Jika tidak, saya sarankan sampeyan untuk meminjam buku paket IPS / PPKn anak kelas 5 SD. Jika sampeyan sudah tahu saya ucapkan selamat, karena sampeyan sangat ingat akan sejarah masa lalu. Mungkin sebab itulah sampeyan jadi susah move on sama masa lalu. Ahh, lupakan. Saya juga susah move on kok.

Oke, kembali ke topik. Daripada sampeyan kesusahan nyari buku anak SD kelas 5 mending saya beritahu. Toh, saya tidak yakin jika dilingkungan sampeyan ada anak kelas 5 SD. Kalau ada belum tentu bukunya bisa sampeyan pinjam. Toh kalaupun boleh dipinjam pasti sampeyan bakalan gengsi.

Hari ini adalah tepat 50 tahun deklarasi Bangkok yang menandai lahirnya ASEAN. Sampeyan tidak tahu ASEAN? Saya sarankan silahkan bakar ijazah SD sampeyan. Iki mung guyon hlo bro. Deklarasi Bangkok adalah landasan dalam mengadakan kerjasama di bidang ekonomi, sosial dan budaya di Asia Tenggara. Ada 5 negara yang pertama kali menanda tangani perjanjian ini. Mereka adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan si tuan rumah Thailand.

Bagi saya, ASEAN adalah sebuah organisasi yang unik. Kok bisa? Karena di negara anggotanya terdapat banyak ragam etnis, kultur, kepercayaan dan ideologi tentunya. Meski begitu, menurut saya hubungan antar negara ASEAN cukup harmonis. Ya walaupun ada sekali dua kali konflik tapi tidak pernah ada konflik yang setajam konflik di Timur Tengah sana.

Coba sampeyan pikirkan. Ada sepuluh negara ASEAN dan kesemuanya memiliki Kultur dan Ideologi berbeda. Di area semenanjung Malaya dan kepulauan Hindia sangat kental dengan ajaran islamnya, zona ini dihuni oleh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Kerajaan Brunei Darussalam. Sebelah timurnya ada negara Filipina yang dihuni etnis beragama Nasrani. Sementara di Semenanjung Indo-China sangat taat agama budhanya, sebut saja Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Laos.

Ideologi pun juga beragam. ASEAN juga dihuni oleh dua negara yang menganut paham Komunis sebagai konstitusinya. Mereka adalah Vietnam dan Laos. Meskipun Komunis dicap sebagai ideologi atheis bagi sebagian orang yang tak pernah belajar sama sekali tentang komunisme karena telah terhasut propaganda orde baru pasti menganggap negara ini tak beragama dan tertutup. Nyatanya kedua negara "merah" ini tetap akrab dengan negara se-regional. Sistem pemerintahan pun juga beragam, ada yang bersistem Republik adapula yang bersistem kerajaan. Brunei, Malaysia, Thailand dan Kamboja adalah negara Monarki di ASEAN.

Dalam hal budaya adalah bab yang sangat beragam. Banyaknya etnis dan agama yang hidup di ASEAN lah yang membuat ragamnya budaya ASEAN. Di ASEAN sisi utara amat kental dengan budaya budhanya, sementara di sisi selatan budaya Islam sangat menonjol. Disisi lain, budaya asli hasil cipta nenek moyang juga tak dapat di hitung. Semua itu menunjukkan betapa ASEAN adalah sebuah organisasi regional yang unik.

Itulah ASEAN, dimana semua kultur menjadi satu dalam sebuah wadah regional. Demi menghormati 50 tahun deklarasi Bangkok, akan saya sisipkan lagu Regional ASEAN.

Raise our flag high, sky high
Embrace the pride in our heart
ASEAN we are bonded as one
Looking outward to the world.
For peace, our goal from the very start
And prosperity to last.
We dare to dream, we care to share
Together for ASEAN
We dare to dream, We care to share
For it's the way of ASEAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja