Catatan Perjalanan : Trip Dengan Waktu Mepet

Sabtu kemarin saya sudah merencanakan untuk berangkat ngetrip dari Klaten menuju entah kemana. Niat saya sih pengennya ke Surabaya dan berangkat malam Sabtu. Berhubung ada kendala jadilah saya membatalkan acara tersebut. Paginya saya ingin segera berangkat entah kemana, yang penting ngetrip naik bus. Tapi kok ya ada saja halangan sehingga baru bisa berangkat setelah saya sholat Dzuhur. Setelah saya gas motor, saya menuju ke daerah Ngawonggo pinggir jalan Jogja - Solo untuk mencari bus tujuan Solo. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, munculah dari arah Jogja PO. Suharno dengan topangan chassis Hino AK dan entah apa bodinya. Walaupun kondisi bus ramai, saya bersyukur bisa dapat kursi paling depan.

Kondisi di dalam bus PO. Suharno
Bus Suharno yang saya tumpangi ini berkelas Ekonomi non AC dengan tarif dari Ngawonggo menuju ke Terminal Tirtonadi adalah 8000. Lebih mahal 1000 daripada PO. Sumber Group yang sudah berAC dan juga cepat. Berbeda dengan bus lokal Jogja Solo yang sering berjalan lambat karena mencari penumpang. Wajarlah, mereka juga cari rejeki untuk anak istri. Perjalanan dari Ngawonggo ke Solo menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam. Sesampainya di Terminal Tirtonadi saya langsung turun dan langsung menuju arah pemberangkatan bus ke Surabaya karena tujuan saya adalah Ngawi.

Suasana Terminal Tirtonadi

Sebelum saya berangkat, saya sudah mendapat info bahwa bus EKA Double Glass berangkat dari Solo sekitar jam 2, sementara saat saya sampai masih jam setengah 2. Jadilah saya setia menunggu kedatangan EKA Double Glass. Tetapi sudah jam 2 lebih, EKA Double Glass belum juga menunjukkan kehadirannya. Bahkan jalur bus Patas sempat kosong. Besar kemungkinan banyak bus yang terjebak macet. Setelah agak lama, munculah bus EKA dengan bodi Grand Tourismo bermesin Hino RK8. Daripada menunggu yang tidak pasti, langsung saja saya naik dan alhamdulillah masih mendapat hot seat tepat belakang supir.

Saat perjalanan ke Ngawi
Tarif untuk Solo - Ngawi adalah 43.000 termasuk servis makan di RM. Duta dan 1 botol air mineral. Tidak seperti bus ATB Surabaya Jogja, bus EKA lebih kalem tetapi juga cepat. Tercatat beberapa kali pengendara motor dari arah berlawanan harus memberi kesempatan bus ini untuk ngeblong.
Tiket bus EKA S 7513 US
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, masuklah ke Rumah Makan Duta, Ngawi. Saya memesan nasi rawon dan satu teh hangat untuk mengisi perut saya yang kosong sejak tadi siang.
EKA S 7513 US di Rumah Makan Duta, Ngawi
Setelah makan segera bersiap untuk turun di Terminal Kertonegoro, Ngawi. Jarak dari Rumah Makan tidak ada 5 menit. Setelah turun dari bus, terlebih dahulu saya menuju mushola untuk sholat Ashar, daripada tidak khusyu' sholat di bus lebih baik mencari mushola terlebih dahulu. Setelah selesai saya menuju jalur bus yang membawa saya pulang ke Klaten.
Suasana Terminal Kertonegoro yang sepi di sore hari
Menunggu tak lama, munculah bus Mira dengan bodi Scorpion King buatan Karoseri Tentrem ditopang chassis Hino AK8. Pengennya sih saya naik bus buatan karoseri Laksana semacam Discovery, berhubung sudah sore segera saja saya naik. Tarif dari Ngawi ke Klaten adalah 21.000. Cukup murah bukan?

Sensasi naik bus Jatim benar saya rasakan. Blong kanan adalah hal biasa sepanjang jalan Ngawi - Solo. Bahkan di daerah Sragen, bus sempat akan menyrempet pengendara motor akibat sang motor berhenti agak ke tengah. Sumpah serapah sang kernet muncul dan kejadian ada lagi di daerah Tegalgondo. Bus hampir menabrak truk karena ada beberapa orang yang bekerja sebagai penyebrang jalan memberhentikan kendaraan tanpa perhitungan. Peristiwa itu membuat seisi bus beristighfar serempak.

Akhirnya, pukul 20.00 sampailah saya di Ngawonggo. Setelah membayar biaya parkir, langsung saja saya menuju rumah.

Berikut biaya perjalanan saya kali ini :
Klaten - Solo 8000
Solo - Ngawi 43000
Ngawi - Klaten 21000
Biaya parkir 3000
Total biaya 75000

Sekian kisah perjalanan saya. Lain kali saya share cerita perjalanan Klaten - Kartasura - Bawen - Magelang - Jogja - Klaten yang tak kalah dramatis.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Gambar
  Narendra Wicaksono ( kaos merah ) saat baru saja tiba di Malaysia Wajahnya menunjukkan kalau dia lelah, tetapi semangatnya untuk terus mengayuh tak pernah pudar. Berpindah kota, provinsi hingga pulau, Mas Narendra Wicaksono kini telah tiba di Malaysia. Mengawali kayuhan pertama di Klaten dan memiliki target finish di Mekkah, Saudi Arabia dengan satu tujuan, menyuarakan keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Kejadiannya memang sudah 1,5 tahun yang lalu, tetapi pengusutan kasusnya belum menemui titik terang, keluarga korban masih terus berusaha mencari keadilan untuk sanak saudara mereka yang menjadi korban keteledoran aparat dalam mengatasi masa. Mas Narendra dengan semangat membara membawa misi keadilan memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Klaten menuju Mekkah dengan bersepeda. Sebuah hal yang bagi sebagian orang merupakan sebuah kegilaan dan menembus batas kewarasan. Orang selo mana yang mau ngonthel dari Klaten ke Mekkah? Mas Narendra adalah seorang Persis Fans asal Kla...
Baca Lebih Banyak

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

A : "Mas darimana asalnya?" B : "Klaten, Mbak" A : "Oh mana itu?" B : "Mbak Tau candi Prambanan?" A : "Oalah Jogja" B : "Nah iya" Itu adalah salah satu cuplikan percakapan saya dengan seseorang kala lagi berkenalan. Percakapan yang serupa seperti di atas nggak cuma sesekali saya rasakan, lebih-lebih setelah kerja di Malaysia. Percakapan seperti itu sering banget saya alami. Pertama kali saya harus terpaksa "mengaku" sebagai warga Solo/Jogja adalah saat melaksanakan program praktek kerja industri di salah satu pusat pembenihan jeruk di Kota Batu. Kalau dilihat secara jarak Batu & Klaten itu nggak jauh-jauh banget. Perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 6-7 jam saja. Nyatanya masih banyak warga Batu yang nggak tau keberadaan Kabupaten Klaten. Alhasil pas beberapa kali ditanya dari mana asal saya, saya lebih sering menjawab "Solo, Pak/Bu". Pun begitu ketika sekarang berada di Malaysia. Kali ini saya lebih se...
Baca Lebih Banyak

Orang Boleh Tidak Mengenal Klaten, Tapi Kabupaten Ini Lebih Layak Dijadikan Tempat Tinggal Pasca Pensiun Daripada Solo dan Jogja

Gambar
sumber gambar : babad.id Terletak di antara Kawasan Surakarta Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta sepertinya tidak membuat Kabupaten Klaten begitu mudah dikenal. Bahkan kadang-kadang orang yang sering bolak-balik Solo ke Jogja belum tentu mengenal Klaten, padahal kalau bolak-balik kedua kota itu otomatis melewati Klaten. Kecuali kalau orang tersebut benar-benar selo dari Jogja dia ke Gunung Kidul dulu, kemudian masuk Wonogiri, lanjut ke Sukoharjo dan baru masuk ke Solo. Kabupaten Klaten memang tidak seterkenal dua kota yang mengapitnya. Tapi bagaimanapun juga, saya pribadi berpendapat bahwa Klaten lebih layak dijadikan kabupaten tempat tinggal pasca anda pensiun daripada Kota Solo maupun Yogyakarta. Beberapa diantaranya alasan saya : 1. Biaya Hidup Murah Meriah. Percaya gak percaya di Klaten ini masih bisa anda jumpai makanan dengan harga murah. Soto semangkok lengkap dengan suwiran ayam saja bisa dijual dengan harga 6000 bahkan ada yang lebih murah. Mie Ayam harga dibawah 10 ribu pun ...
Baca Lebih Banyak