Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Selamat Datang 2025

366 hari sudah kita jalani di tahun 2024. Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2025. Berbagai peristiwa di 2024 baik yang menggembirakan maupun menyedihkan telah kita lalui. Saya sendiri merasa waktu terasa cepat berlalu. Seperti baru kemarin saya bertemu Januari, kini sudah berada di penghujung Desember. 2025 sudah di depan mata. Berbagai tantangan sudah menunggu. Ribuan rencana telah ditata dengan baik, tinggal menanti waktu yang tepat untuk eksekusi. Tahun 2025 menjadi penanda bahwa sudah 6 tahun saya bekerja di negara Malaysia. Tidak menyangka memang. Sebelum berangkat saya berpikir hanya mampu bertahan 2 tahun. Namun rasanya 2 tahun hanyalah pemanasan, kini saya sudah merasa berada di gerakan inti. Belum masuk ke tahap pendinginan sehingga mungkin saya akan berada di Malaysia untuk beberapa tahun ke depan. Tahun 2025 usia saya bakal menginjak 25 tahun. Usia yang katanya ideal untuk menikah. Namun jangankan berpikir untuk menikah, ditunjukkan harga susu formula saja saya sudah ki...

Untuk Pemerintah, Tolong Berhenti Membuat Kebijakan Konyol

Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar berita negatif soal pemerintah. Salah satu berita yang membuat saya gatal untuk menulis artikel ini adalah berita soal pelaksanaan subsidi KRL berbasis NIK yang akan dilaksanakan pada tahun 2025. Tentu saja berita ini mendapat sambutan negatif dari masyarakat. Lha gimana nggak negatif? Selama ini kita mengenal KRL sebagai transportasi jarak pendek yang murah meriah. KRL Komuter saat ini beroperasi di Jabodetabek dan Yogyakarta-Palur. Sepanjang pengalaman saya menggunakan jasa KRL Lin Yogyakarta, tipe penumpang yang paling sering saya temui adalah golongan pelajar, mahasiswa dan pekerja. Kebanyakan mereka naik KRL karena memang tarifnya paling murah. Sekedar informasi kalau tarif KRL Lin Yogyakarta saat ini adalah 8 ribu, sementara untuk bus dari Solo ke Yogyakarta paling murah 22 ribu. Hampir tiga kali lipat. Sementara kalau kita cek tarif khusus KAJJ dari Solo ke Yogyakarta maupun sebaliknya adalah 30an ribu untuk kelas ekonomi, CMIIW. Sang...

Kenangan Buku Atlas Dunia

Saat saya kelas 5 SD, guru saya pernah mengapresiasi soal pengetahuan saya tentang negara-negara di dunia. Saat teman-teman yang lain masih kesulitan menghapalkan nama negara-negara di Asia Tenggara, saya malah sudah hapal hampir berbagai negara di Asia termasuk Ibukotanya. Bahkan bukan cuma negara Asia, saya juga tahu kalau Albania, Serbia, Montenegro & Kroasia pernah menyatu sebagai negara bernama Yugoslavia. Saya juga jadi tau kalau ada negara-negara pasifik bernama Kiribati, Tuvalu, Niue dan beberapa negara Pasifik lainnya yang kala itu teman saya belum pernah dengar. Saya mendapatkan buku atlas pertama saya di tahun 2007 saat saya masih kelas 1 SD. Bapak saya sengaja membelikan atlas dengan tujuan menunjukkan berbagai kota/kabupaten yang dilewati saat perjalanan dari Klaten menuju Bali. Tapi ternyata saya mengeksplor atlas tersebut lebih jauh lagi. Saya bukan hanya membuka peta Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Namun saya juga mengorek atlas tersebut dari Aceh hingga ke Pap...

Ngaku Jogja atau Solo Pas Ditanya Orang Darimana Asalnya Itu Bukan Karena Kita Nggak Cinta Klaten, Tapi Karena Yang Tanya Nggak Tau Kalau Klaten Itu Ada

A : "Mas darimana asalnya?" B : "Klaten, Mbak" A : "Oh mana itu?" B : "Mbak Tau candi Prambanan?" A : "Oalah Jogja" B : "Nah iya" Itu adalah salah satu cuplikan percakapan saya dengan seseorang kala lagi berkenalan. Percakapan yang serupa seperti di atas nggak cuma sesekali saya rasakan, lebih-lebih setelah kerja di Malaysia. Percakapan seperti itu sering banget saya alami. Pertama kali saya harus terpaksa "mengaku" sebagai warga Solo/Jogja adalah saat melaksanakan program praktek kerja industri di salah satu pusat pembenihan jeruk di Kota Batu. Kalau dilihat secara jarak Batu & Klaten itu nggak jauh-jauh banget. Perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 6-7 jam saja. Nyatanya masih banyak warga Batu yang nggak tau keberadaan Kabupaten Klaten. Alhasil pas beberapa kali ditanya dari mana asal saya, saya lebih sering menjawab "Solo, Pak/Bu". Pun begitu ketika sekarang berada di Malaysia. Kali ini saya lebih se...

Curahan Hati TKI Malaysia : Sempat Kaget Sama Sistem Zona Waktunya

Secara astronomis wilayah barat Malaysia yang meliputi Semenanjung Malaya terletak di 1°LU-6,9°LU dan 99,6°BT-104°BT. Letak astronomisnya yang demikian membuat Semenanjung Malaya seharusnya berada di zona waktu UTC+7 seperti halnya WIB. Awalnya sih Malaysia menggunakan zona waktu +7 untuk wilayah baratnya, namun per 1 Januari 1982 Malaysia resmi menggunakan zona waktu +8 untuk seluruh wilayah negaranya. Alhasil sistem zona waktunya agak membuat kaget orang-orang yang baru pertama kali ke Malaysia seperti saya dulu. Saya sih sudah sering bepergian melintasi zona waktu dari WIB ke WITA. Tapi karena memang penggunaan zona waktu di wilayahnya sesuai dengan letak astronomisnya, jadi ya saya kayak biasa aja. Berbeda sama Malaysia, semakin pergi ke barat kok malah waktunya semakin cepat hehehe. Kekagetan pertama soal sistem zona waktu ini adalah ketika pertama kali bangun pagi di Malaysia. Saya melihat waktu menunjukkan pukul 5. Langsung saja saya ambil air wudhu buat sholat shubuh. Pas lagi ...

Curahan Hati TKI Malaysia : Cowok Dianggap Suka Jajan, Cewek Dianggap Gampang Diajak Tidur

Sudah 5 tahun saya menjalani hidup sebagai pekerja peternakan ayam di salah satu perusahaan yang terletak di Melaka, Malaysia. Selama 5 tahun itulah berbagai warna-warni telah saya jalani, tak terkecuali berbagai tuduhan soal kehidupan sebagai TKI. Memang sih kehidupan di sini itu bebas banget. Duit ada, mau ngapain aja terserah dan nggak ada kontrol dari keluarga tentunya. Mungkin itulah yang menjadi dasar berbagai tuduhan negatif kadang diarahkan kepada TKI Malaysia tak terkecuali saya. Seringkali saya dapat pertanyaan dari teman seperti misalnya, " Wah, kepenak neng kana. Cedak markas 'ayam'. Esoh 'jajan' ndak minggu" ("Wah, enak di sana. Dekat markas 'ayam'. Bisa 'jajan' tiap minggu"). Saya yakin sekali kalau anda paham dengan maksud kata yang saya beri tanda kutip. Pertanyaan ini cukup sering saya dapatkan. Meskipun saya tau maksudnya bercanda, tetapi saya dapat menangkap bahwa orang awam memiliki kesan negatif terhadap TKI laki-...

Lari Itu Olahraga Murah, Tapi Jadi Mahal Gara-gara Trend Gila

Siapapun tau kalau berlari adalah sebuah kegiatan yang siapapun bisa melakukannya asalkan punya kaki yang sehat, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa lari adalah olahraga yang murah bahkan gratis. Pas saya masih SD kalau saya perhatikan orang berlari itu bajunya ya kaos biasa, kathokan pendek, kalau pakai sepatu itu masih sekedar opsi. Tak jarang saya melihat orang berlari nyeker . Tahun berganti tahun keadaan itu berubah. Lari yang dulunya merupakan olahraga yang murah meriah kini seolah berganti jadi olahraga yang "mahal". Kenapa saya pakai tanda kutip? Karena mahal yang dimaksud disini bukan karena kalau ingin berlari kita harus bayar, bukan itu. Tapi lebih ke trend yang akhir-akhir ini terjadi, setidaknya di lingkungan saya. Kalau dulu kaos hadiah dari produsen pestisida atau kaos dari kampanye partai bisa dipakai buat lari, kini udah beda. Kalau sekarang sih sepertinya pakai kaos khusus lari sudah seperti sunnah muakkad. Kita tau bahwa harga kaos khusus untuk lari it...

Ekspetasi Cita-cita dan Realita

Sebagai seorang anak yang terlahir di keluarga mampu namun mendadak kere karena Pilkades, tentu saja saya punya banyak perbedaan tujuan hidup ketika kecil dan dewasa. Masa SD saya adalah anak yang bisa dibilang pandai, terbukti saya cukup maju dalam ilmu agama ( namun gagal mempraktekan dalam kehidupan ) serta mampu menjadi 10 besar siswa teladan se-Kabupaten Klaten tingkat SD. Demi semakin mengasah kemampuan akademik saya, kedua orang tua saya berencana memasukkan saya ke sebuah Pondok Pesantren Modern Islam di daerah Pabelan, Sukoharjo. Namun saya menolak dan lebih memilih masuk ke SMP N 1 Karanganom. Alasannya? Saya ingin memperdalam ilmu saya di bidang IPA, utamanya Fisika dan sama sekali tidak tertarik dalam ilmu agama. Saya saat itu sudah dirasuki pikiran bahwa kalau ke pondok itu pasti isinya cuma agama, agama dan agama. Ujung - ujungnya sekarang saya menyesali keputusan saya kala itu. Bahkan gusti pekak ( kakek saya yang beragama Hindu ) berencana pula memasukkan saya ke sebuah...

Kemiripan Melaka dengan Semarang, Yogyakarta dan Solo

Gambar
Sudah 5 tahun saya berdomisili di Negeri Melaka karena urusan pekerjaan. Selama 5 tahun itulah saya sedikit banyak tau soal Melaka mulai dari wisatanya, budayanya hingga sistem transportasinya yang terintegrasi. Dalam 3 aspek tadi membuat saya berpikir kalau Melaka ini bagaikan gabungan dari 3 kota yang ada di Indonesia yaitu Semarang, Yogyakarta dan Solo. Lho kok bisa? Ya bisa saja dong. Kadang pemikiran saya ini suka random. Dan kerandoman itu juga yang mendorong saya untuk menuliskannya di blog. Pemandangan pesisir pantai di Melaka. Foto oleh Ivan Yoga Kawula. Seperti apa kemiripan Melaka dengan Semarang? Kalau dari sudut pandang saya Melaka dan Semarang sama-sama kota pelabuhan di masa lalu. Selain itu, banyak bangunan bersejarah peninggalan pemerintah kolonial di kedua kota ini. Semarang memiliki Lawang Sewu sebagai salah satu ikon kotanya yang merupakan peninggalan Belanda, sementara Melaka memiliki Christ Church yang merupakan gereja peninggalan Belanda sekaligus gereja protesta...

Kelalaian Berbeda Dengan Takdir

Kemarin saya sedikit terkejut ( banyak ding terkejutnya ) setelah membaca berita kalau salah satu seorang siswa di salah satu SMA Negeri di Klaten tewas karena hal sepele, dikerjai teman-temannya saat dia ulang tahun. Kabarnya dia juga merupakan ketua OSIS di sekolah tersebut. Singkatnya kronologi berawal dari dia yang diceburkan oleh teman-temannya ke dalam kolam yang ada di sekolah tersebut, malangnya dia kesulitan berenang sehingga berpegangan pada suatu benda yang ternyata benda tersebut sudah teraliri oleh listrik. Alhasil dia tersetrum dan tewas. Seringkali budaya mengerjai seseorang yang berulang tahun mudah kita temukan di sekitar kita. Menaburi tepung, melempari telur, beberapa ada yang mengerjai dengan cara pura-pura membuat masalah. Ahh sungguh hal yang sangat norak dan primitif. Ulang tahun yang seharusnya menjadi sebuah hal yang spesial, yang harusnya dirayakan dengan cara elegan dan memberi doa justru malah berubah menjadi sebuah hal yang tidak bermutu. Dan peristiwa oran...

Dear Netizen Indonesia, Sejatinya Malaysia Tak Membenci Kita

Gambar
Saya masih ingat betul saat menonton pertandingan sepakbola uji coba internasional antara Indonesia melawan Malaysia yang digelar di Stadion Manahan, Solo pada bulan September 2016. Saya sebenarnya ingin ikut menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia ( Negaraku ) saat lagu tersebut dikumandangkan sebelum laga. Namun keinginan tersebut harus saya urungkan karena respon penonton lain yang menghujat lagu tersebut. Saya tak ingin mati konyol di tribun Stadion Manahan karena menyanyikan lagu Negaraku disaat penonton lain menghujatnya. Saya sendiri bisa memaklumi kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi. Ingat, saya hanya memaklumi, tetapi tidak membenarkan. Saya maklum karena selama ini kesan negara Malaysia banyak diberitakan negatif khususnya di sosial media. Mulai dari konfrontasi di masa lampau, perebutan pulau hingga soal kebudayaan. Tak heran jika banyak masyarakat Indonesia yang jengkel dengan negara tetangga kita tersebut. Sejatinya kedua negara berasal dari rumpun bangsa yang sama, Austro...

Narendra, Setiap Kayuhannya Tersirat Keadilan Untuk Korban Kanjuruhan

Gambar
  Narendra Wicaksono ( kaos merah ) saat baru saja tiba di Malaysia Wajahnya menunjukkan kalau dia lelah, tetapi semangatnya untuk terus mengayuh tak pernah pudar. Berpindah kota, provinsi hingga pulau, Mas Narendra Wicaksono kini telah tiba di Malaysia. Mengawali kayuhan pertama di Klaten dan memiliki target finish di Mekkah, Saudi Arabia dengan satu tujuan, menyuarakan keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Kejadiannya memang sudah 1,5 tahun yang lalu, tetapi pengusutan kasusnya belum menemui titik terang, keluarga korban masih terus berusaha mencari keadilan untuk sanak saudara mereka yang menjadi korban keteledoran aparat dalam mengatasi masa. Mas Narendra dengan semangat membara membawa misi keadilan memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Klaten menuju Mekkah dengan bersepeda. Sebuah hal yang bagi sebagian orang merupakan sebuah kegilaan dan menembus batas kewarasan. Orang selo mana yang mau ngonthel dari Klaten ke Mekkah? Mas Narendra adalah seorang Persis Fans asal Kla...

Bahasa Melayu dan Indonesia Itu Beda Tipis Tapi Bisa Jadi Penyebab Anda Disengak

Orang Indonesia sudah terbiasa memanggil orang yang baru dikenalnya dengan sebutan “kak” entah itu laki-laki maupun perempuan. Tetapi berbeda dengan di Malaysia, sebutan “kak” hanya merujuk ke perempuan sementara laki-laki lebih sering disebut “bang”. Jangan sampai salah kalau anda tak mau disengak  seperti saya. Siang itu saya pergi ke sebuah warung makan di kawasan Jasin, Melaka untuk membungkus makanan. Suasana warung saat itu sedang ramai dan agak berdesak-desakkan. Cukup sulit untuk mengambil lauk karena memang di depan meja lauk sudah penuh dengan orang. Alhasil saya harus meminta ijinatau permisi ke salah satu laki-laki yang saya perkirakan usianya 30 tahun. “Sorry kak, saya mau ambil ayam” Mungkin kalau di Indonesia kalimat di atas sangatlah sopan. Tetapi saya lupa kalau saya sedang berada di Malaysia, apa yang saya dapatkan? Sebuah sengakan tentunya. “kau ni bodoh ke? tak nampak ke aku ni laki? macam mana kau boleh panggil aku kak?” Tremble,,, Saya tak menyangka bakal dapa...

Obrolan di Dhoho Penataran

Bagi pembaca yang tinggal di Jawa Timur khususnya di kawasan segitiga Malang, Blitar dan Surabaya mungkin sudah tidak asing lagi dengan Kereta Api Dhoho Penataran. Dhoho Penataran adalah kereta komuter yang melayani rute Surabaya - Blitar - Malang - Surabaya. Dengan tarif yang murah tentu Dhoho Penataran menjadi favorit di jalurnya. Penumpangnya pun bervariatif mulai dari pelajar hingga tiyang sepuh  pun banyak yang menjadi pelanggan Dhoho Penataran. Saya berkesempatan menaiki Dhoho Penataran pada bulan Mei tahun lalu. Saya melakukan perjalanan dari Klaten ke Malang dengan sistem transit. Dari Klaten ke Kediri saya naik KA Kahuripan disambung naik Dhoho Penataran ke Malang. Dengan cara seperti ini saya hanya merogoh kocek tak sampai 100 ribu untuk sampai ke Malang. Saya mendapatkan tiket dengan tulisan tertera “tanpa kursi”. Dengan demikian dari saya harus berdiri atau duduk lesehan dari Kediri sampai ke Malang. Sebenarnya saya sempat dapat kursi saat naik dari Stasiun Kediri, teta...

Joglokerto, Senja Utama Solo dan Logawa Dalam Perjalanan Sekolah Saya

 Saat SMK dulu, saya selalu berangkat sekolah di jam yang hampir sama setiap harinya. Perjalanan dari rumah menuju sekolah mengharuskan saya untuk melewati sebuah perlintasan kereta api di jalan Ngaran Mlese - Trucuk dan membuat saya sering kepalang sepur . Saya masih ingat kereta api apa saja yang melintas pada waktu itu. Suatu pagi jalanan masih sepi. Jam tangan saya menunjukkan waktu 06.20 dan dari kejauhan saya melihat kelap-kelip lampu palang perlintasan diiringi suara sirine, saya bisa menebak kereta apa yang akan lewat, jawabannya adalah Joglokerto. Ya, kereta api relasi Solo Balapan - Purwokerto itu menjadi pertanda bahwa saya berangkat agak awal. Saya memang cukup sering berangkat lebih awak untuk menghindari ramainya jalan raya. Hari selanjutnya, saya malas mandi pagi. Cuaca dingin membuat saya memulai hari agak lambat dari biasanya. Saya berangkat dari rumah agak siang, jalanan sudah ramai, sesampainya di perlintasan Ngaran Mlese palang sudah menutup. Dari arah Klaten me...